Wednesday, January 26, 2011

Sebuah cerita dari kantor kelurahan

Hmm. Ini ada sedikit cerita dari pengalaman gw. Terserah mau di sebut cerita lucu ato unik. Tapi menurut gw,cerita gw ini termasuk dua-duanya .Kenapa bisa gw sebu begitu? Baca aja sendiri.



06.25, gw berangkat ke jakarta dari rumah di tangerang.Gw naek motor berdua sama adek gw,si zaroo. Wuidiih,emang deh yg namany jakarta,apa lg hari senen,maracet crecet cet.But i enjoy it. Inilah negeri Indonesia tercinta. Negeri yang penuh akan keanekaragaman.

Gw sampai di Jakarta sekitar pukul 9.30 dengan tujuan salah satu rumah kakak dari nyokap alias Encing, benar-benar perjalanan panjang. Begitu sampai rumahnya encing, langsung gw pake buat tedoor. Asli capek bener daahh. Dan pas gw bangun tau-taunya udah zuhur. Hmm..

Setelah gw rapi-rapi, cuci muka dan solat, gw berangkatin buat ke rumah pak RT setempat untuk minta surat pengantar ke kelurahan. Setelah itu gw ke rumah pak RW setempat untuk minta tanda tangannya. Gilingan, proses yg ribed. Lalu, gw tancep deh ke kelurahan setempat.

Naah,di kelurahan itu ada kejanggalan yang gw alami. Di depan loket pengurusan KTP ada sebuah x-banner berdiri tegak, yg berisi mengenai biaya retribusi dari tiap pengurusan data keendudukan di Jakarta. Karena yang gw urus KTP, jadi yang gw baca ya yang berhubungan  dengan KTP. Di x-banner tersebut tertulis dengan jelas dan hanya orang buta, maaf, yang tidak dapat melihat bahwa retribusi untuk pengurusan KTP sebesar Rp 0,- atau tidak di pungut biaya. Di dalam x-banner tersebut juga ada tanda tangan pejabat yg bertanggung jawab akan hal tersebut. Dan gw senyum-senyum aja karena emang gak bawa uang lebih. Hahaha. Maklum mahasiswa rantau. Wkwkwk

Berselang beberapa menit setelah gw memasukkan surat pengantar dari RT tadi, dan gw di panggil untuk foto dan finger scan. Asli gw bingung untuk masuk ruangan yang di maksud. Di sana gak ada petunjuk ata direction biar kita, yang merasa punya urusan saa KTP, bisa dengan mudah menuju ruang pengambilan gambar itu. Ruangannya itu ada di dalam ruang staf loket penerima berkas. Jadi begini, pertama kita masuk kedalam ruang loket tersebut, lalu belok ke kanan dan di sana terdapat sebuah pintu. Naah itulah tempatnya. Huaah. Ribeet juga gw jelasinnya.

Dan gw pun akhirnya sampai juga di ruangan itu. Ruangannya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Hanya terlihat sedikit sumpek aja. Banyak alat-alat pembantu komputer yang tidak terpakai. Sayang bener padahal, barang-barang tersebut bermerk. Hahaha. Lalu gw duduk di sebuah kursi yang di sediakan, tapi setelah di suruh sama petugasnya yah. Sebelum sesi pemotretan berlangsung, gw jelajahin ruangan itu dengan mengunakan mata. You know laah. Hahaa. Setelah melihat kesana-kemari, gw tertarik untuk memperhatikan lebih seksama dengan aplikasi yang digunakan. Woow, aplikasi sistem informasi kependudukan. Betapa rumitnya aplikasi itu. Jangankan untuk pembuat, untuk pengguna aja aplikasi itu dapat dikatakan rumit. Bagaimana tidak, dalam aplikasi itu ada teknologi pengambilan gambar langsung dari digicam atau kamera digital. Selain itu ada teknologi pengambilan sidik jari. Itu bukan hal yang mudah. Sedikit aja kerusakan, bisa-bisa menghapus semua data yang sudah tersimpan. Tapi gw bangga, yang buat aplikasi tersebut anak bangsa seperjuangan. Merdeka..! Loh?!

Sebenernya gw kasian sama petugasnya itu. Umurnya sudah tidak muda lagi. Untuk bekerja berhadapan dengan komputer dan aplikasi serumit itu, sepertinya sudah bukan bagiannya lagi. Seharusnya yang mengoperasikan aplikasi tersebut, petugas-petugas yang lebih muda. Yang lebih fresh dan cepat tanggap. Asli, si bapak petugas itu emang kurang bisa mengoperasikan aplikasi tersebut. Terlihat dari gelagatnya saat menghadapi aplikasi tersebut. Ya kalau kita sering berurusan dengan sesuatu hal yang merupakan profesi kita, kita pasti bisa membedakannya.  Tapi salut sama bapak petugas itu, masi mau dan sanggup menghadapi rumitnya teknologi. Semangat, pak..!

Setelah gw nge-take foto sama nge-finger scan, tiba-tiba petugasnya berkata dengan suara sedikit di pelankan volumenya, "Ya sudah selesai. Untuk administrasi d sini aja,mas". Sepintas gw gak paham dengan maksud si petugas. Setelah sejenak terdiam, baru gw paham maksudnya. Hahaha, pantesan masih mau ngurus begituan. Pengurusan KTP aja ada pungli. Keren euuy. Mintanya di ruangan tertutup. Benar-benar sesuatu yang terencana. Yang telah terstruktur. Ya akhirny gw putuskan untuk memberikan sedikit yang tersisa di dompet ke bapak pengurus itu. Tapi karena kasihan dan bukan karena yang lain. Bagaimana gw gak kasihan, tiap hari dia harus menghadapi aplikasi ruwet itu. Ya sudahlah, biar Allah yang balas.

Sekembalinya gw dari kantor kelurahan itu, gw ke rumah Encing lagi. Lalu gw ngobrol-ngobrol deh. "Kalau ngurus KTP, pada biasa ngasi ya?" gw bertaya. "Iya. Ngasinya di dalem kan?!" jawab Encing gw sekaligus tanya balik. Dan gw jawab, "Iya, di ruangan foto. Kok Ngurus KTP aja ada pungli-nya sih?!". Encing gw gak menjawab pertanyaan gw itu. Ya soalnya dia bukan anggota atau petugas di kelurahan sih. Pantes aja dia gak tau. Hehehe.

Yaa itu sebagian kecil cerita unik yang pernah gw temuin. Semoga cerita ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Jujur, gw sih gak tau apa manfaatnya. Hahaha.

Terus katakan cinta Indonesia 100%. Semoga di masa depan Indonesia jadi lebih baik.. Amiiin..

0 comments:

Post a Comment